Kamis, 10 Maret 2011

Iri Dan Dengki

IRI DAN DENGKI

Kamis, 21 Febuari 2008 - Selasa, 27 Mei 2008


Iri dan dengki bagaikan saudara kembar,
Gemar menelusup dalam lorong-lorong gelap,
Mencari tempat yang baginya terasa nyaman untuk berdinas.

Sayup-sayup terdengar bisikan hati mengeluh,
Mengerang sendiri di sudut hitam.

Secepat kilat iri menerjang masuk,,
Mendapati si hati merintih pilu.
Dengki menyusul sambil membawa rantai kesedihan.

Gelap dan hitam tak jadi masalah,
Bagaikan singa lapar, iri dan dengki menyergapnya,
Membelenggunya dengan rantai kesedihan,
Menawannya dalam terali keputusasaan.
Hati meronta-ronta hendak melepaskan diri,
Namun rantai kesedihan membuatnya lemas dan tak bergairah.

Iri dan dengki bersorak gembira!

Kini waktunya untuk berdinas!

Dukacita menyelubungi hati,
Tiada lagi sinar pengharapan yang terpancar,
Hanya tangis dan keluh yang terus mengawaninya.

Setiap pagi iri dan dengki menyuguhkan makanan untuk hati.
Kadang sepiring kebencian,
Kadang semangkuk kamarahan.
Namun tak pernah lupa untuk memberinya minum dari segelas kekuatiran.

Lengkap sudah penderitaan si hati.
Keadaannya kian hari kian mengenaskan.

Andai saja hati tahu,
Bahwa kebijaksanaan selalu menguntitnya dari sudut penjara,
Membisiki hati sebuah kata kunci yang mampu melepaskannya dari belenggu penderitaan.
Kata kunci yang mampu menggetarkan hingga ke sendi-sendi penjara,
Mematahkan setiap rantai yang mengikatnya!
Kata kunci yang sangat sederhana namun penuh kuasa!

Suatu hari...,

Seketika lamanya iri dan dengki tak tampak keberadaannya;
menghilang pergi entah ke mana.

tinggallah si hati sendiri meringkuk di sudut penjara,
bagai seonggok batu yang enggan bergeser meski angin badai datang menerpanya.
kesunyian kian menyelimuti hati,
kosong, dingin, dan sepi membelainya dalam kegelapan.

Walau hanya sejenak,
hati mampu berdiam diri dalam hening,
dalam kesendirian,
tak lagi mengerang, tak lagi mengeluh!
hanya diam dan diam!
hanya bisu dan membisu!
tiada kata, tiada berucap,
hanya sunyi yang kian mencekam!

Lambat-laun ketenangan mulai merayap mendekatinya,
menghampirinya, seperti seorang pencuri hendak membongkar sebuah peti harta karun.
hati pun kian terlena dalam buaian ketenangan.

Lamat-lamat mulai terdengar bisikan kebijaksanaan menyebutkan sebuah kata kunci.
bisikan yang membuat hati seketika tersadar,
seakan baru terbangun dari tidur yang sangat panjang!

"Bersyukurlah...!", "Bersyukurlah...!"

Perlahan namun pasti, hati mulai mengucapkannya.

"Bersyukurlah...!", "Bersyukurlah...!"

Tiba-tiba sebuah jeritan panjang terdengar dari ujung lorong,
menggetarkan seluruh isi bangunan.
Terali-terali besi penjara hancur berantakan,
rantai-rantai terkoyak lepas tak beraturan!

di ujung lorong,
iri dan dengki terkapar, saling bergulingan,
tubruk-menubruk antar kawan sendiri,
tak kuasa menahan kemilau cahaya yang terpancar keluar dari dalam penjara!
mata mereka dipejamkan amat rapat,
serapat dua buah garis yang menjadi satu.
Namun ketika mata terbuka kembali,
tak setitik sinar pun terlihat!

Kini hati yang bersorak gembira!

Dengan ditemani kebijaksanaan dan ketenangan,
hati melangkah keluar dari dalam lorong yang kini tinggal berupa puing-puing masa lalu.

Dengan berbekal sebuah kata kunci,
hati memulai hidup baru bersama kebijaksanaan dan ketenangan.

beberapa hari kemudian,
hati kembali mendapat dua kawan baru,
yakni, kebahagiaan dan damai sejahtera!

Akhir kisah yang menggembirakan,
di mana kelima sekawan itu pun hidup rukun sampai selama-lamanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar