Kamis, 10 Maret 2011

Ling-Lung

LINGLUNG

SENIN 17 DES 2007

(Protestan atau Katholik?)

Tuhan, apakah yang Engkau inginkan supaya aku perbuat?
Apakah yang sedang Engkau rancangkan bagi hidupku?
Mengapa Engkau menarik aku ke dalam suasana hati yang tidak karuan seperti ini?
Seakan kakiku berpijak pada dua buah gunung, yang dipisahkan oleh sebuah jurang yang terjal,
Yang siap kapan saja untuk menerjunkan diriku ke dalamnya.

Hatiku sungguh diliputi kebingungan
Diselimuti ketakutan dan keragu-raguan,
Ke manakah aku harus melangkah?
Ke gunung yang manakah aku harus meletakan kedua kakiku?
Atau mungkinkah aku harus bertahan pada kedua gunung itu?
Hingga kedua kakiku menjadi lemas;
dan perlahan-lahan jurang keputusasaan akan dengan sukarela menyambut tubuhku amblas ke dalam pelukannya?

Tuhan,
Siapakah yang perduli akan kesengsaraanku?
Siapakah yang perduli akan sakit yang kurasakan
Akibat pertempuran hebat yang berkecamuk di dalam jiwaku ini?

Haruskah aku berjuang seorang diri?
Haruskah aku menangis di balik punggung-Mu?
Atau haruskah aku terus berdiri diam sambil menantikan orang datang menarik-narik tanganku,
Dan meyakinkan diriku untuk mengikuti jejak yang mereka pikir benar?

Siapakah yang benar?
Apakah kebenaran itu?

O Tuhan,
Mengapa hati dan pikiranku menjadi kalut seperti ini?
Apakah aku sudah menjadi gila karena bingung?

Kapankah gembalaku datang?
Kapankah gembalaku yang baik itu menolongku dan membawa aku pulang?
Pulang ke mana?
Ke gunung yang mana?

Kini kedua gunung tampak begitu menarik dimataku.

Gunung yang satu dipenuhi dengan aneka bunga berwarna-warni
Menebarkan keharuman yang sudah sangat kukenal,
Yang merasuk sampai kesumsum dan tulang-tulangku,
Menghadirkan kehangatan dan kenyamanan,
Gunung yang telah membesarkanku,
Memeliharaku, dan mengasihi aku hingga saat ini.
Gunung yang begitu kukasihi,
Gunung yang begitu kukagumi dengan segala keindahannya.

Tapi di sisi yang lain,
Aku melihat gunung yang serupa namun tak sama,
Gunung yang tak begitu kukenal,
Yang juga menampilkan keindahan,
Bunga-bunga tumbuh seirama
Menebarkan keharuman di tengah-tengah keheningan yang menyejukan
Penuh kelembutan dan kesederhanaan
Dan terasa begitu asing bagiku,
Seakan menyimpan sejuta rahasia yang sulit kumengerti.
Rahasia yang lambat laun mulai menguak di depan mataku,
Menyodorkan segenggam mutiara,
Mutiara yang sesaat lalu tampak begitu buruk dimataku
Begitu mengerikan,
Kusam tanpa berkilau.
Tapi..,
Mengapa kini…
Mengapa kini hatiku seakan merasakan sesuatu yang lain?
Mengapa mataku kini seolah-olah mulai melihat keindahan dibalik mutiara yang buruk dan mengerikan itu?
Menyingkapkan kebenaran yang indah namun begitu terasa menyakitkan hatiku?
Adakah yang salah dengan hatiku?
Ataukah gunung itu yang salah?
Gunung yang mana?
Yang kiri atau yang kanan?

Di manakah Engkau berada,
hai gembala yang baik?
Ke manakah Engkau memanggil aku pulang?

Pulang ke mana?
Ke gunung yang mana?

Ah, Tuhan!
Tahukah Kau, kalau aku linglung dibuatnya?
Linglung karena ketakutanku,
Takut kalau-kalau aku salah melangkah,
Takut kalau-kalau aku menyakiti hati-Mu,
Mengecewakan gembalaku yang sudah sangat kucintai, kukasihi, dan yang kuharapkan kedatangan-Nya untuk menjemput aku masuk ke dalam kemuliaan-Nya yang abadi.

Datanglah, hai gembala yang baik!
Datanglah sekarang juga untuk menolong aku!
Karena aku benar-benar linglung dibuatnya.

Jangan diam terlalu lama!
Jangan Kau biarkan aku linglung kelamaan!

Hanya Engkau saja yang akan kuturuti.
Aku takkan mau turut yang lain.
Hanya Kau!
Hanya Kau saja yang sanggup membawa aku pulang ke rumah-Mu.
Ke rumah yang telah Kau siapkan bagiku.
Bagi kita berdua!
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar